Ilustrasi megathrust di Nankai, Jepang. (Nature)
Ilustrasi megathrust di Nankai, Jepang. (Nature)
KOMENTAR

BASARNAS (Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional) memberikan pelatihan urban rescue bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan untuk menghadapi potensi gempa bumi di zona megathrust yang disebut-sebut BKMG tinggal menunggu waktu.

BMKG menyebutkan bahwa dampak gempa megathrust akan terasa lebih besar, termasuk berpotensi tsunami, dikarenakan sudah ratusan tahun tidak ada aktivitas di zona megathrust di Tanah Air.

Pelatihan urban rescue yang diagendakan Basarnas ini meliputi teknik penyelamatan diri. Menurut Kepala Basarnas Kusworo, pelatihan ini dalam waktu dekat akan mulai dilaksanakan di sejumlah lokasi di Banyuwangi, Jawa Timur, setelah sebelumnya selesai digelar di Pulau Nias, Sumatra Utara dengan ratusan peserta.

Pelatihan akan digelar secara rutin di kota-kota di Tanah Air. Anggota Basarnas yang tersebar di seluruh Indonesia dipastikan telah memiliki spesifikasi untuk urban rescue. Pelatihan ini merupakan salah satu program prioritas di seluruh Kantor SAR Indonesia yang bertujuan menciptakan ketahanan bencana nasional sesuai amanah konstitusi.

Kusworo menilai kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk menjaga keselamatan diri dari gempa setelah terjadi gempa 7,1 magnitudo di perairan megathrust Nankai Jepang beberapa waktu lalu. Masyarakat di Tanah Air mengkhawatirkan terjadi gempa yang sama pada zona megathrust di Indonesia, khususnya wilayah Mentawai-Siberut dan Selat Sunda.

Dengan kesadaran tersebut, masyarakat sudah mulai memahami apa yang harus mereka lakukan di saat gempa, terutama terkait meninggalkan bangunan saat merasakan getaran, tetap tenang, dan selalu melindungi kepala.

Untuk itulah Basarnas siap memperluas cakupan, materi, dan fokus mendetail dalam pelatihan urban rescue bagi lebih banyak anggota masyarakat, khususnya guna menghadapi gempa berskala besar.

Muatan yang ditambahkan dalam pelatihan salah satunya adalah materi tactical exercise, yaitu mengajarkan bagaimana bertindak menyelamatkan diri saat terjebak dalam gedung, termasuk bagaimana memanfaatkan peralatan yang ada seperti tali temali.

“Kami sangat terbuka kepada kalangan pegiat dan potensi SAR untuk bersama-sama berbagi pengalaman/kemampuan seputar teknik rescue kepada masyarakat,” ujar Kusworo, seperti diberitakan ANTARA (26/8).




Alumni Taiwan di Indonesia Gelar Diskusi Dampak Hubungan Lintas Selat terhadap ASEAN dan Indonesia

Sebelumnya

Menteri Agama Bertolak ke 4 Negara, Bahas Persiapan Ibadah Haji hingga Menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News